Minggu, 27 Mei 2012

BIOGRAFI GEORGES CUVIER

Georges Leopold Cuvier dikenal sebagai penentang teori evolusi. Lahir tanggal 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard yang tidak jauh dari kota Prancis. Dia adalah putera kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah seorang perwira dan keluarganya adalah penganut agama Kristen Lutheran yang sangat taat. Georges mula-mula dididik di rumah oleh ibunya. Minatnya terhadap zoologi dan botani telah tampak sejak dini. Pendidikan dasar ditempuh di Montbeliard.
Tahun 1784-1788 dia melanjutkan pendidikannya di Akademi Caroline di Stuttgart (sekolah yang didirikan oleh Bangsawan Wurttemberg untuk mendidik anak-anak muda yang akan mengisi jabatan administratif dalam pemerintahan. Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia pergi ke Prancis dan menjadi tutor dalam sebuah keluarga bangsawan beragama Protestan di Normandi. Kemudian dia bekerja sebagai pegawai pemerintah di sebuah kota kecil. Selama tujuh tahun di Normandi, Cuvier memanfaatkan waktu senggangnya untuk mempelajari tanaman dan hewan lokal, terutama hewan invertebrata di sepanjang pesisir.
Tahun 1795, Cuvier bertemu A.H. Tessier yang merupakan seorang ahli pertanian. Tessier mengakui kemampuan Cuvier dan mengusulkan dia menjadi asisten guru besar dalam bidang anatomi perbandingan di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris. Anatomi perbandingan meliputi kajian bagian-bagian badan hewan dan manusia serta fungsinya, persamaan dan perbedaannya. Sumbangan ilmiah besar yang diberikan Cuvier adalah bahwa dia telah memantapkan ilmu anatomi perbandingan dan paleontologi (ilmu yang mempelajari fosil hewan, manusia dan tumbuhan. Dia juga memberikan sumbangan berarti untuk proses penggolongan hewan dan tumbuhan.

Selama masa awal Cuvier di Museum Sejarah Alam, dia bekerja sama dengan Profesor Etienne Geoffroy Saint Hilaire. Pandangan Cuvier mengenai dunia hewan berbeda jauh dengan pandangan Geoffroy dan pakar biologi Prancis lainnya, Jean Baptiste de Lamarck.
Cuvier beranggapan bahwa ciri-ciri anatomi yang membedakan kelompok hewan membuktikan bahwa spesies tidak pernah berubah sejak masa kejadian. Setiap spesies begitu sempurna terkoordinasi, baik secara fungsi maupun secara struktur, sehingga tidak mungkin bisa bertahan menghadaip perubahan. Maksudnya, Cuvier percaya bahwa hewan-hewan diciptakan dalam kelompok yang berbeda dan tetap.
Sebaliknya, baik Lamarck maupun Geoffroy Saint Hilaire mendukung gagasan bahwa semua hewan bisa disusun dalam sebuah rantai besar makhluk hidup mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Selanjutnya, mereka juga percaya bahwa dengan semakin lamanya sebuah masa, satu spesies bisa secara bertahap berevolusi menjadi spesies yang lebih tinggi. Lamarck mengatakan bahwa mekanisme yang memungkinkan terjadinya perubahan ini adalah dipakai dan tidak dipakainya berbagai anggota tubuh hewan (selanjutnya disebut Use and Disuse). Lamarck juga percaya bahwa dalam sebuah fosil terdapat cikal bakal hewan-hewan modern.
Dalam perdebatan panjang tersebut, argumentasi paling kuat yang diajukan Cuvier adalah bahwa Lamarck tidak bisa membuktikan adanya transformasi spesies. Sedangkan Cuvier bisa menunjukkan bahwa lenyapnya berbagai jenis hewan adalah karena hewan tersebut punah, bukan karena berubah menjadi spesies baru.
Cuvier dengan tepat menunjukkan bahwa keberadaan fosil justru menentang evolusi bukan mendukungnya. Dia mengatakan bahwa jika spesies memang berubah secara bertahap, kita seharusnya bisa menemukan jejak perubahan itu.
Gagasan bahwa satu spesies berevolusi menjadi spesies lain sudah ada sejak masa Yunani kuno. Ketika Charles Darwin mengutarakan gagasan evolusi, bertahun-tahun setelah perdebatan antara Cuvier dan lawan-lawannya, dia hanya mengisyaratkan suatu mekanisme baru, yakni seleksi alam sebagai pembenaran gagasan evolusi.
Cuvier dan Lamarck juga tidak sepaham mengenai bagaimana permulaan asal-usul kehidupan. Lamarck percaya adanya pemunculan secara spontan, yaitu bahwa kehidupan bisa berasal dari benda tak bernyawa. Namun, Cuvier menunjukkan bahwa kehidupan selalu berasal dari kehidupan sebelumnya.
Anatomi perbandingan tidak membuktikan adanya hewan yang sedang dalam proses transformasi menjadi spesies lain, melainkan menunjukkan bahwa berbagai jenis hewan memiliki struktur yang serupa. Kaum evolusionis seringkali mengatakan bahwa satu jenis hewan bisa berubah menjadi hewan lain. Tetapi masuk akal juga bahwa persamaan ini disebabkan Tuhan merancang dan menggunakan pola yang sama untuk fungsi yang sama pada jenis hewan yang berbeda. Cuvier sendiri menolak gagasan keserupaan struktur tulang sebagai dasar kebenaran evolusi.
Dalam mempelajari anatomi berbagai hewan, para ilmuwan kadang menemukan organ yang fungsinya tidak diketahui. Organ semacam ini dikenal sebagai organ vestigial. Kaum evolusionis mengasumsikan bahwa organ-organ ini adalah siswa dari organ yang dulu berguna bagi nenek moyang makhluk yang berevolusi.
Meskipun Cuvier mengakui bahwa organ vestigial ada dan karena itu harus dipelajari, dia tidak menganggap hal itu penting karena dua alasan sebagai berikut:
Pertama
Pada masa Cuvier tidak banyak ditemukan organ yang tidak jelas fungsinya.
Kedua
Cuvier menganggap organ-organ itu sebagai bagian penting dari penciptaan dan oleh karena itu keberadaannya pasti mempunyai alasan sekalipun kita tetap tidak mengetahuinya.
Cuvier yakin bahwa organ yang disebut vestigial bukanlah sisa-siswa evolusi yang tidak ada manfaatnya, melainkan organ berguna yang masih belum diketahui fungsinya.
Temuan ilmiah akhir-akhir ini membenarkan keyakinan Cuvier mengenai kegunaan organ-ogran tersebut. Misalnya, ujung tulang belakang manusia (sering disebut sebagai tulang ekor) dulu dianggap sebagai sisa (yang tidak berguna) dari ekor monyet yang dianggap sebagai nenek moyang kita. Sekarang diketahui bahwa tulang itu adalah titik kaitan penting bagi otot-otot penopang tubuh dan isi perut kita. Contoh lain adalah amandel yang dulu dianggap tidak berguna dan biasanya dibuang jika mengalami peradangan, sekarang diketahui bahwa amandel adalah alat penting untuk melawan penyakit. Seratus delapan puluh organ lain yang dulu dianggap tidak berguna dan hanya sebagai siswa evolusi, sekarang diketahui mempunyai fungsi penting.
Dalam era penjelajahan dunia yang terus-menerus menghasilkan temuan tanaman dan hewan baru, dibutuhkan pemutakhiran dan peningkatan atas sistem penggolongan yang dikembangkan oleh pakar biologi Carl Linnaeus. Dasar pendekatan Linnaeus yang menggunakan sistem bercabang serta penggolongan tanaman dan hewan menjadi kategori dan subkategori menurut fungsi bagian tubuhnya. Sistem penamaannya yang terdiri atas dua bagian juga masih dipakai sampai sekarang.
Cuvier memperluas dan menyempurnakan sistem penggolongan Linnaeus dengan mengelompokkan kelas-kelas yang berkaitan menjadi kelompok yang lebih besar disebut phyla. Cuvier menggolongkannya menurut struktur dalamnya karena ini merupakan indikator yang lebih baik mengenai persamaan dan perbedaan mereka secara umum.
Langkah pertama yang ditempuh adalah mengkategorikan hewan menurut struktur sistem sarafnya kemudian menempatkan mereka dalam sub-kategori menurut fungsi sistem lainnya. Sistem penggolongan ini serta karya-karya lainnya yang sangat luas dan lengkap sangat membantu para pakar pada zamannya untuk mengerti dan memahami semua informasi baru mengenai hewan. Selanjutnya, sejak saat itu Cuvier telah menjadi acuan bagi para pakar biologi dalam melakukan penggolongan meskipun sistemnya telah mengalami banyak perubahan.
Dengan memasukkan hewan yang telah menjadi fosil ke dalam sistem penggolongannya, Cuvier menempatkan Palaeontologi (kajian tentang fosil) di atas dasar ilmiah yang kuat dengan membandingkan fosil hewan yang sudah punah dengan struktur hewan yang masih hidup dan hal ini memungkinkan Cuvier menentukan kemungkinan fungsi bagian tubuh hewan-hewan yang telah menjadi fosil. Lalu dia dapat menempatkan hewan-hewan tersebut ke dalam struktur penggolongan hewan-hewan yang masih hidup.

Referensi:



ARTIKEL TERKAIT:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar